An Elder Scrolls Story : Journey To The East

17.35 0 Comments


Kapal semakin tidak stabil, terus saja bergoyang diterjang ombak badai. Aku terus berharap agar kami selamat sampai tujuan.

“Penumpang!, harap tenang dan jangan banyak bergerak. Kau! Tahan tali itu dan ikat disana!” Teriak sang kapten kapal.

“Semoga Dewa Stendarr melindungi kita!” Ujar salah satu awak kapal.

Kulihat ia merogoh dalam-dalam kantong kulit itu, entah sedang mengambil apa. Tak lama kemudian sebuah kalung indah tampak digenggamnya dengan penuh kesedihan.

“Hari ini kau harus pulang, hari ini. Walau bagaimanapun.”

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara raungan diantara gemuruh badai. Raungan yang seharusnya menakutkan entah mengapa terasa sangat menenangkan.

“Raungan mulia sang penyelamat, raungan kematian sang pembunuh, raungan keadilan sang Sriwarnayasa, sang penguasa lautan timur!”

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah 5 tahun berlalu, di tempat kecil ini, sendiri. Sempat terlintas untuk pergi, tapi hanya tempat inilah harta yang aku punya. Sebisa mungkin aku kembali walau badai-hujan disepanjang jalan.

Tempat ini tidak semegah istana Jarl (red: Raja) ataupun senyaman penginapan di tempat minum langgananku. Hanya ada ruang tengah dan kamar. Hanya ada sebuah simbol dan kayu bertuliskan “Kurir Provinsi”. Ya, aku adalah seorang kurir antar-provinsi.

Di ruang tengah bergelantungan beberapa belati dan pedang yang entah kenapa aku simpan terus walau aku bukan seorang prajurit bayaran. Bahkan setiap pengiriman, aku selalu menyarungkan dua belati dipinggangku.

Pekerjaan ini memang tidak seberapa, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak setiap hari ada yang mau mengirim surat. Tapi apakah ada pekerjaan yang memberikan kebebasan selain menjadi kurir?. Ditambah lagi setiap pengiriman ke daerah baru aku selalu bertemu dengan teman-teman baru.

Hanya seorang kurir yang benar-benar bebas melintas kemanapun, tidak ada Nord yang berkalungkan tanda Dewa Talos yang bisa masuk ke Pulau Summerset kecuali ia adalah seorang kurir. Ada kurir pergi ke daerah Rawa Hitam yang katanya tidak bisa ditembus, tapi surat tetap saja terkirim.
Siang itu aku sedang duduk di dekat perapian, sambil menikmati sepiring salmon bakar hasil pancinganku kemarin dan akan segera berangkat ke Cyrodiil untuk mengambil surat, “Bisnis” kata sang pengirim.

“Hmph, paling hanya surat pembelian Skooma (red: obat terlarang) dengan beberapa batangan emas”

Terdengar suara lantang dari pintu, bergegas aku menghampirinya dan membukakan pintu.
“Permisi! Kurirnya ada?”

Suara itu tak asing, Haftar seorang Redguard utusan istana Riften. Aku tinggal di pinggir barat danau Hornrich dekat desa Ivarstead.

“Ah, temanku! Untunglah kau belum pergi. Ada surat dari Jarl, Yang Mulia ingin kau menghadap ke istana secepatnya”.

“Bagaimana kalau nanti, aku sedang ada kiriman yang harus dijemput? Aku sudah dibayar lunas?” Ujarku bingung.

“Jarl akan memberimu tugas penting, segeralah menghadap!”. Haftar memaksa.

“Begini saja, tunggulah seminggu selagi aku pergi ke selatan. Sebagai jaminannya kau simpan kunci rumahku dan aku ambil suratmu?” Pintaku dengan penuh pertimbangan.

“Baiklah. Tapi cepatlah pulang, kutunggu kau di istana”. Katanya sambil menaiki Darsi, kuda kesayangannya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ia  yang awalnya bersedih entah kenapa terlihat gembira seakan melihat titisan Dewa.

“Raungan mulia sang penyelamat, raungan kematian sang pembunuh, raungan keadilan sang Sriwarnayasa, sang penguasa lautan timur!” Teriaknya dari ujung  dek kapal.
“Makhluk dari Aetherius! Mensucikan diri di Nirn! Mengampuni para pendosa dan memuliakan para pengikutnya! ”.

Lalu keluarlah cahaya dari arah timur, seakan melihat matahari terbit. Laut badai yang kusam berubah putih seperti susu dan awan badai seakan berlari ketakutan. Perlahan air laut mulai tenang dan semuanya terasa damai.

“Ku dengar pinta mu, sang Ksatria Penjaga”.

Ray19

As a ’Sundanese, we must do anything like a real Sundanese.’Urang Sunda’Kudu Nyunda. kos nu bener we Inggris na :D

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html