Bahasa & Hidup (II)

20.38 0 Comments


Zaman praaksara dahulu sebelum ada tulisan, manusia memakai gambar untuk menyuratkan segala isi hatinya. Tapi bahasa sudah diperkirakan ada saat itu. Benak penulis sempat membayangkan bagaimana bahasa mereka saat itu.
Lalu berkembang sampai muncul tulisan-tulisan awal seperti aksara bangsa Sumeria dan Mesir Kuno yang berangka berabad-abad sebelum masehi.
Berabad-abad setelah itu lahirlah berbagai tulisan yang masuk dan tersebar luas di Nusantara yang asalnya dari Semenanjung India.
Tapi bagaimana dengan bahasa di Nusantara itu sendiri?
Apakah nenek moyang kita menunggu tulisan dan bahasa asing itu dahulu?
Kita simpan dulu saja pertanyaan diatas untuk bagian lain. Dan mari simak cuplikan dibawah ini.
***
Entah apa yang Sutejo sedang bicarakan. Ia terlihat sibuk mondar-mandir dengan telepon genggamnya yang terkesan menempel dengan erat di telinga ayah 2 anak itu.
“Yes, sir. The package will be there soon. I have already sent it via local shipment company. The company says 4 days to Bangkok”
Beberapa detik Sutejo terdiam.
“Oh, thank you, sir. My pleasure. I hope my product will satisfied you”

Ia pun menutup telepon flip-nya dan melangkah kembali ke warung kopi. Ia terlihat sangat kegirangan, entah apa yang merasukinya
“Hei, senyum-senyum!. Dapat istri baru ya?”
“Eits. Supaya we. Ndak lah. Iki lho aku baru ngirim pesanan orang luar. Dari Bangkok, Thailand!.”
“Hebat kamu, jo. Salut saya! Dia mesen apa? Kursi? Meja? Lemari?”
“Dia mesen full-set, buat living room sama ruang santai”
Tejo ini aslinya orang Jogja, tapi pindah kesini buat meneruskan usaha Ukir Jepara mertuanya. Usahanya berkembang pesat, jadi ngiri aku. Ya, aku hidup bulak-balik kantor developer IT aja. Gaji memang cukup, tapi ritme kerja yang monoton kadang membuatku bosan. Ujung-ujungnya warung inilah perlarianku.
***
Cuplikan di atas agaknya menggambarkan bagaimana bahasa menjadi sangat vital di masyarakat. Baik lokal secara kedaerahan maupun internasional seperti Bahasa Inggris.
Terlihat jua bahasa juga menjadi satu unsur penting dalam perniagaan seperti ini. Mana ada orang luar yang ngerti “Mangga dipeser, pak. Mirah”? Ada? ,tapi mungkin satu dari sepersekian juta.
Perdagangan Bebas memang memaksa kita untuk adaptif, fleksibel dan siap bersaing dalam berkomunikasi. Utamanya berkomunikasi dalam bahasa pemersatu.
Barang kita bagus-bagus kok!. Bandrek sudah di ekspor, Ukir Jepara seperti diatas sudah veteran, rempah-rempah kita dimasa lalu laku keras dipasaran. Yang kurang hanya kita sebagai tenaga kerja dan penduduk yang masih kurang mempersiapkan diri.
Kita bisa menyalahkan pemerintah dalam hal ini. Ya, bisa.
Tapi alangkah baiknya kita berkomitmen sendiri. Yah, minimal belajar dengan giat sebagaimana mestinya dan me-literasi diri (red : rajin membaca). Kenapa tidak? Kenapa tidak dari sekarang? Mari kita giatkan!.

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html