Cepot. Fakta dari Sang Anak Semar
“Assalamualaikum..”.
Begitulah suara khas sang dalang Asep Sunandar Sunarya saat
membawakan karakter Cepot.
Karakter
yang menjadi favorit hampir semua orang Sunda. Tak seperti karakter
lain yang terlihat “serius” dalam perwatakannya . Sifat humoris
dirinya yang selalu mengocok perut penonton. Dan terkadang terselip
amanat-amanat, nilai keagamaan dan nilai budaya dihampir setiap
lawakannya.
Gubrakk
(suara jatuh dari arah pohon kelapa)
“Lah”
Semar saat itu sedang santai minum kopi di kursi bangkit
“Ari
silaing dititah ngala dua kalah ngala tilu?! (Lah, disuruh ngambil
dua malah ngambil tiga?!)”. Tanya Semar
“Dua
kulan ieu ge (Ini ngambil 2)”. Balas Cepot yang terlihat masih
kesakitan
“Naha
sada muragna tilu atuh? (Kenapa suara jatuhnya ada tiga kali?)”.
Semar bertanya lagi
“Sanes,
sarung etamah (Bukan, itu sarung yang jatuh)”. Dengan polosnya
Cepot menjawab
“Maenya
sarung disada pak gembut? (Masa sarung jatuh suaranya gudubrak?)”
Semar merasa aneh pada anaknya
“Apanan
jeung dewek (Kan yang pakenya saya)” Kata Cepot sambil setengah
menepak dadanya
Sekilas
cuplikan dari video animasi 3D buatan Demi Dasmana yang saya saksikan
di youtube.
Cepot,
sudah mendarah daging di masyarakat Sunda. Terutama bagi para pecinta
wayang golek asli Tanah Pasundan. Penampilannya yang benar-benar
“nyunda” adalah ciri khasnya.
Dengan
baju pangsi (baju silat) hitam, ikat kepala batik dan tentunya sarung
warna merah-biru. Komplit sudah setelan Cepot akan ke-sunda-annya.
Dengan
nama asli Astrajingga yang mempunyai misi melindungi para Pandawa dan
melindungi negri Amartapura. Ia sangat patuh pada Semar, orangtuanya
meskipun tidak didapatkan dari cara perkawinan seperti manusia
umumnya.
Ia
lahir dari banyangan Semar. Saat Semar akan diutus turun ke Bumi
untuk menjaga keturunan Batara Guru (adik Semar), ia meminta pada
Sang Hyang Eka Tunggal agar diberikan teman hidup selama di Bumi.
Lalu Sang Hyang Eka Tunggal bertanya pada Semar, “Apa yang bisa
menemani manusia (setiap saat)”. Semar menjawab, “Banyangan”.
Maka
mukzijat terjadi dan muncullah sosok Astrajingga atau Cepot dari
bayangan Semar. Itulah sebab mengapa ada Semar ada Cepot ataupun
sebaliknya.
Warna
merah pada diri Astrajingga atau Cepot berarti ia punya sifat mudah
marah dan tak sabaran. Tapi, ia punya wajah yang tersenyum lebar yang
mengartikan ia selalu ceria dan humoris.
Dedikasi
tinggi pada para Pandawa dan negaranya dari awal sampai akhir memberi
kita pelajaran bahwa menjadi orang yang jujur, setia dan dapat
dipercaya adalah hal yang sangat wajib. Lebih-lebih pada masa
sekarang, yang semakin sedikit jumlah orang yang berdedikasi tinggi
seperti Astrajingga atau Cepot.
0 komentar: